Bolehkah Membatalkan Puasa Sunnah



Jakarta – Bolehkah membatalkan puasa sunnah yang tengah diamalkan? Perkara ini mungkin masih membingungkan bagi sebagian muslim.

Sejatinya, permasalahan tersebut juga membagi dua pendapat di antara golongan mazhab. Ada yang cenderung melarangnya dan ada pula yang cenderung membolehkannya.

Menurut Kitab Mughnil Muhtaaj, Kasysyaaful Qinaa, Syahrul Mahallii ‘alaa Jam’il Jawaami, dan Ghaayatul Wushuul lil Anshari, Mazhab Syafi’i dan Hambali cenderung membolehkan muslim untuk membatalkan puasa sunnah dan tidak dikenakan kewajiban mengqadha atau menggantinya.

Menurut mazhab ini, tidak ada kewajiban bagi seorang muslim untuk menyelesaikan amalan sunnah kecuali haji dan umrah. Meski demikian, menyelesaikan amalan sunnah tetap menjadi perkara yang diutamakan menurut mazhab ini.

Ditambah lagi, membatalkan puasa karena ada uzur tertentu lebih dianjurkan. Seperti, menemani tamu untuk makan karena sang tamu merasa segan bila tuan rumah tidak turut makan dan begitu pula sebaliknya.

Landasannya didasarkan dari sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya. Rasulullah SAW membenarkan tindakan Abu Darda sebagai tuan rumah yang membatalkan puasa sunnah untuk tamunya, Salman.

Dari Abu Juhaifah, dia berkata, Rasulullah telah mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Pada suatu ketika, Salman mengunjungi Abu Darda.

Kemudian Abu Darda’ datang dan menyajikan makanan kepada Salman. Abu Darda berkata, “Makanlah. Aku sekarang sedang puasa.”

Salman berkata, “Aku tidak ingin makan sebelum engkau makan.” Akhirnya, Abu Darda pun makan.

Pada waktu malam hari, Abu Darda bangun untuk menunaikan ibadah. Salman yang memperhatikannya berkata, “Tidurlah.” Abu Darda pun tidur.

Begitu dia hendak bangun lagi, Salman menegurnya, “Tidurlah.”

Tatkala lewat tengah malam, Salman berkata, “Bangunlah sekarang.” Keduanya sama-sama menunaikan salat sunnah tengah malam.

Setelah itu, Salman berkata kepada Abu Darda, “Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak yang harus engkau penuhi. Engkau sendiri mempunyai hak yang harus engkau penuhi. Begitu pula keluargamu, mereka mempunyai hak yang harus engkau penuhi. Maka, berikanlah setiap hak kepada yang berhak menerimanya.”

Abu Darda lalu menjumpai Rasulullah dan menyampaikan kejadian itu kepada beliau. Mendengar itu, Rasulullah bersabda, “Salman benar.” (HR Bukhari dan Tirmidzi).

Kondisi sebaliknya saat seorang tamu membatalkan puasa kala dijamu oleh tuan rumah juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kisah ini diceritakan dari Abu Sa’id Al Khudri RA.

Ia mengatakan, dirinya membuat makanan untuk Rasulullah SAW bersama para sahabat. Kala makanan dihidangkan, salah seorang sahabat berkata bahwa dirinya berpuasa.

Mendengar itu, Rasulullah SAW bersabda,

إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” دَعَاكُمْ أَخُوكُمْ وَتَكَلَّفَ لَكُمْ ” ثُمَّ قَالَ لَهُ: ” أَفْطِرْ وَصُمْ مَكَانَهُ يَوْمًا إِنْ شِئْتَ

Artinya: “Saudaramu telah mengundangmu makan dan bersusah payah untuk menyiapkan untuk kalian,” Kemudian beliau bersabda, “Berbukalah! Dan puasalah untuk menggantikannya jika engkau mau,” (HR Baihaqi).

Sementara itu, dilansir dari Prof Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 3, membatalkan puasa sunnah diharamkan menurut Mazhab Hanafi dan Maliki. Sebab, mazhab ini berpendapat amalan sunnah menjadi hak milik Allah SWT dan wajib dijaga dari pembatalan, termasuk puasa sunnah.

Keterangan ini disandarkan dari firmanNya surah Muhammad ayat 33 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْٓا اَعْمَالَكُمْ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta jangan batalkan amal-amalmu!”

Menurut mazhab ini, bagi muslim yang membatalkan puasa sunnah di tengah pelaksanaannya dikenakan kewajiban untuk mengqadha atau mengganti puasa. Ditambah lagi, Ibnu Umar pernah berkata bahwa orang yang membatalkan puasa sunnah di luar kondisi darurat disebut sebagai orang yang bermain-main dalam agama.

Atas dasar ini pula, Mazhab Maliki dan Hanafi menganggap muslim yang membatalkan puasa sunnah setara dengan muslim yang tidak menyelesaikan puasa nadzar.

Simak Video “Jual Parsel Buah-buahan, Pedagang Lumajang Raih Untung 10 Kali Lipat”
[Gambas:Video 20detik]

(rah/lus)



Scroll to Top