Apakah Boleh Niat Puasa Sunnah pada Pagi Hari



Jakarta – Menunaikan ibadah puasa sunnah dapat diawali dengan niat terlebih dahulu. Para ulama telah membahas mengenai waktu pelaksanaan niat puasa sunnah, termasuk boleh tidaknya dilakukan pada pagi atau siang hari.

Puasa sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendatangkan pahala dan jika tidak dilakukan juga tidak berdosa. Menurut Rizem Aizid dalam buku Ibadah Para Juara, puasa sunnah merupakan amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan puasa wajib.

Dijelaskan lebih lanjut, mengerjakan amalan sunnah juga akan mendatangkan cinta Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi,

“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR Bukhari)

Disebutkan dalam Al-Wajiju min fakihussunah As-Syaid Sabiq karya Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, beberapa puasa sunnah yang dilakukan Rasulullah SAW antara lain puasa Syawal, puasa Arafah, puasa Asyura, puasa bulan Sya’ban, puasa Senin dan Kamis, dan puasa Ayyamul Bidh.

Niat Puasa Sunnah Pagi Hari

Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi menerangkan dalam Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, niat puasa sunnah dapat dilakukan sejak terbenamnya matahari hingga fajar menyingsing. Ia menyarankan untuk melakukan niat lebih awal dari bagian akhir tersebut agar lebih aman dan tidak tergesa-gesa.

Para ulama turut membahas mengenai niat puasa sunnah yang dilakukan pada siang hari. Salah satunya Umar Sulaiman Al-Asyqar. Ia mengatakan dalam Maqaashidul Mukallafin: An-Niyyat fil ibadaat, niat puasa sunnah tetap sah apabila dilakukan pada siang hari. Ini merupakan pendapat jumhur ulama termasuk Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Hudzaifah bin Yaman, Thalhal, Ibnu Abbas, Abu Hanifah, Ahmad, dan Syafi’i.

Dalam Kitab Bulughul Maram karya Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani disebutkan, seseorang boleh melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari dan boleh membatalkan puasa sunnah tanpa adanya uzur. Pendapat ini mengacu pada hadits yang berasal dari Aisyah RA. Ia mengatakan,

“Pada suatu hari Nabi SAW masuk ke tempatku lalu beliau bertanya, ‘Apakah kamu memiliki makanan?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Kalau begitu aku berpuasa.’ Pada hari yang lain beliau datang lagi kepadaku, dan aku berkata, ‘Kita diberi hadiah berupa makanan kurma yang dicampur dengan samin dan susu kering.’ Beliau bersabda, ‘Perlihatkan itu kepadaku. Sebenarnya tadi pagi aku telah berpuasa.’ Tetapi kemudian beliau makan.” (HR Muslim)

Kebolehan melakukan niat puasa sunnah pada pagi atau siang hari ini turut dijelaskan dalam Kitab Lengkap dan Praktis Fiqh Wanita karya Abdul Syukur al-Azizi. Ia mengatakan, puasa sunnah bisa dilakukan setelah fajar, bahkan apabila pada pagi hari seseorang belum makan dan minum atau tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa, boleh baginya langsung berniat untuk melakukan puasa sunnah.

Simak Video “Astronaut Arab Klaim Tak Wajib Puasa Ramadhan Saat di Luar Angkasa”
[Gambas:Video 20detik]

(kri/lus)



Scroll to Top