Teori Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia


Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

KOMPAS.com – Agama dan kebudayaan Hindu Buddha masuk ke Indonesia tidak dapat dipisahkan dari rute hubungan dagang antara India dengan Cina yang melalui wilayah kepulauan Indonesia.

Karena melewati wilayah kepulauan Indonesia maka pedagang-pedagang Nusantara mempunyai peran utama dalam kegiatan ini, terutama sekali berkaitan pemasaran hasil bumi, hasil hutan, dan rempah-rempah. 

Dalam literatur sejarah muncul interpretasi dan hipotesis yang kemudian sering dinyatakan sebagai teori tentang masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu Buddha ke Indonesia.

Teori-teori tersebut di antaranya:

Baca juga: Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

Berikut penjelasannya: 

Teori Ksatria (Teori Kolonisasi)

Teori ksatria dikemukakan oleh C.C. Berg. Berpendapat bahwa raja-raja atau kaum ksatria datang dari India karena tersingkir perang yang terjadi di India.

Mereka selanjutnya melakukan kolonisasi atas daerah-daerah tertentu di Indonesia dan kemudian melakukan hindunisasi di Indonesia.

Kelemahan teori ini terletak pada keragu-raguan bila kaum ksatria yang tersingkir perang kemudian mendapat kedudukan yang terhormat sebagai penguasa di Indonesia.

Teori Waisya

Teori ini dikemukakan oleh N.J Krom, berpendapat melalui para pedagang maka pengaruh Hindu Buddha dapat masuk dan berkembang di Indonesia.

Hal ini dapat dimengerti karena sejak dahulu hubungan dagang telah mengawali hubungan antara India dengan Indonesia.

Baca juga: Teori Waisya, Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia Lewat Perdagangan

Teori Sudra (Teori Orang Buangan)

Teori ini mengatakan akibat dari sering terjadinya peperangan, maka banyak kaum sudra di India mengalami pembuangan sebagai tawanan perang ke Indonesia.

Sebagai penganut Hindu, kaum sudra kemudian mulai menyebarkan kebudayaan dan agama Hindu. Teori ini dicetuskan oleh Van Faber. 

Teori Waisya dan Sudra dipandang memiliki sisi kelemahan, terutama dalam hal kegiatan upacara-upacara keagamaan tidak mungkin kaum Sudra dan Waisya dapat melakukannya.

Hal tersebut karena yang mempunyai kemampuan dalam memimpin kegiatan upacara keagamaan adalah kaum Brahmana.

Baca juga: Perkembangan Agama Hindu-Buddha di Nusantara

Teori Brahmana

Menurut teori kaum Brahmana dari India sengaja diundang oleh raja-raja di wilayah Indonesia dari India untuk memimpin upacara-upacara agama Hindu karena merekalah yang dapat membaca dan mengetahui isi kitab Weda dengan benar. 

Di samping itu mereka juga diminta untuk memimpin upacara abhiseka (penobatan) kepala suku menjadi raja, bahkan selanjutnya para brahmana dijadikan puruhita (penasihat raja). Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch.

Teori Nasional oleh Van Leur

Teori ini berangkat dari fakta bahwa sudah lama terjalinnya hubungan pelayaran dan perdagangan antara India dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia, hubungan yang sudah ada sejak lama menimbulkan hubungan yang timbal balik diantara keduanya.

Baca juga: Kerajaan Kutai: Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara

Dari segi politis raja mendatangkan kaum brahmana untuk memimpin upacara-upacara dalam agama Hindu agar mendapat legitimasi atas kekuasaannya.

Dari segi ekonomi yang melakukan perdagangan waktu itu bukanlah rakyat melainkan raja melalui wakil-wakilnya. 

Adanya hubungan timbal balik yang sejak lama bertujuan untuk menjaga keseimbangan hubungan baik pada akhirnya membawa masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu.

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Scroll to Top