–
Bali memiliki banyak kekayaan yang tidak terhingga, mulai dari kekayaan alam yang mempesona hingga kekayaan budaya. Salah satu kekayaan budaya dari masyarakat Bali adalah kepercayaan mengenai berbagai makhluk mitologi, termasuk Bedawang Nala.
Mengutip KBBI, mitologi adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Mitologi adalah cerita yang berkembang di daerah tertentu yang menceritakan asal-usul dunia dan keberadaan manusia.
Masyarakat Bali juga mengenal banyak cerita-cerita mitologi yang memiliki kisah yang menarik. Nah, Bedawang Nala adalah salah satu makhluk mitologi Hindu Bali yang dipercaya oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam artikel ini, kita akan mengetahui lebih dalam mengenai cerita Bedawang Nala. Kita akan mempelajari asal-usulnya dan makna filosofisnya, mari simak pembahasannya di bawah ini!
Asal-usul Bedawang Nala
Dilansir dari buku berjudul Makhluk Mitologi Sedunia yang ditulis oleh Zamidra, Bedawang Nala adalah seekor kura-kura raksasa dalam kepercayaan masyarakat Bali. Dalam mitologi ini, dia merupakan perubahan dari Antaboga.
Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, terdapat cerita bahwa alam semesta disangga oleh kura-kura besar yang bernama Bedawang Nala ini. Pada saat tertentu, kura-kura besar itu akan bergerak dan mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
Dirangkum dari jurnal Terbitan Universitas Udayana berjudul Simbolisasi Gempa Bumi dan Tsunami dalam Wujud Ornamen Arsitektur Tradisional Bali oleh I Ketut Muliawan Salain dan I Made Suarya, mulut lebar dari Bedawang Nala dipercaya akan dapat menelan seluruh isi alam semesta yang berada di atasnya. Makhluk ini juga dipercaya sebagai pelebur segala isi alam semesta pada hari kiamat kelak.
Makhluk mitologi Bedawang Nala juga sering dijadikan ornamen-ornamen bagi bangunan-bangunan khas Bali. Makhluk ini menjadi ornamen tradisional Hindu Bali yang berwujud dua ekor naga yang melilit seekor kura-kura raksasa yang dapat kita temukan di bagian dasar bagunan suci Hindu seperti bangunan meru (bangunan suci berbentuk pagoda) dan bangunan padmasana (bangunan suci Hindu berwujud singgasana).
Makna Filosofis Bedawang Nala
Konsep mitologi mengenai kura-kura raksasa bernama Bedawang ini memiliki kaitan yang erat dengan kepercayaan masyarakat Bali tentang proses terjadinya peristiwa gempa bumi. Dalam mitologi rakyat Bali, digambarkan seekor kura-kura raksasa menyangga Pulau Bali di atas punggungnya dan apabila ia bergerak maka akan terjadi gempa bumi di Pulau Bali yang disangganya.
Dilansir dari sebuah studi berjudul Makna Filosofis Keberadaan Ornamen Bedawang Nala di Dasar Bangunan Meru oleh I Nyoman Widya Paramadhyaksa, untuk mencegah agar kura-kura raksasa tidak bergerak dengan leluasa, maka ditugaskanlah dua ekor naga bernama Naga Basuki dan Naga Anantabhoga untuk membelit erat sang kura-kura raksasa. Kedua naga ini ditugaskan untuk selalu mengawasi dan mencegah setiap pergerakan kura-kura raksasa yang menyangga Pulau Bali.
Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, Naga Basuki dan juga Naga Anantabhoga adalah dua naga utama yang digambarkan hidup di alam bawah pada tingkatan sapta patala. Naga Basuki dimaknai sebagai simbol air yang terdapat di permukaan bumi sedangkan Naga Anantabhoga secara harfiah memiliki arti sebagai makanan yang tidak ada habis-habisnya dan dimaknai sebagai simbol tanah.
Keduanya bisa dimaknai secara bersama-sama sebagai suatu kesatuan tanah dan air yang terdapat di bumi. Pandangan mata naga dan kura-kura digambarkan saling bertatapan tajam karena terkait dengan kepercayaan tentang tugas naga yang membelit erat dan siap mengantisipasi dan mencegah setiap pergerakkan sang kura-kura raksasa yang bisa menimbulkan gempa bumi di Pulau Bali.
Dalam konsep ornamen tradisional Bali, Bedawang Nala dinyatakan sebagai simbol magma di perut bumi yang aktivitas vulkanisnya bisa menimbulkan terjadinya gempa bumi. Magma ini dibungkus oleh elemen tanah dan tanah dan air yang ada di permukaan bumi yang disimbolkan dengan Naga Basuki dan Naga Anantabhoga.
Pada bangunan tradisional Bali, Bedawang Nala yang berwujud kura-kura raksasa berapi di dasar bangunan juga merupakan simbol dari konsep neraka, yaitu sesuatu yang digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan api siksaan dan akan dialami oleh jiwa manusia yang terjerat dengan ikatan duniawi di dalam hidupnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus berusaha untuk menjauhi jeratan ikatan yang bersifat duniawi agar terhindar dari siksaan api neraka.
Kepercayaan masyarakat Hindu Bali mengenai Bedawang Nala dapat dimaknai sebagai gamparan upaya orang Bali pada masa lampau dalam menentramkan dan menghormati eksistensi alam huniannya dari masalah gempa bumi atau tsunami. Dalam kenyataannya, Bali memang merupakan bagian dalam gugusan kepulauan Nusantara yang cukup sering mengalami fenomena vulkanis berupa gempa bumi atau tsunami.
Itu dia penjelasan lengkap mengenai Bedawang Nala, mulai dari asal-usul hingga makna filosofis di baliknya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai kekayaan budaya masyarakat Hindu Bali.
Simak Video “Sensasi Makan Raos Pisaan Euy, Dapur Kraton Cimahi”
[Gambas:Video 20detik]
(khq/fds)