Makna Kajeng Kliwon Menurut Hindu di Bali



Bali

Kajeng kliwon merupakan salah satu rahinan yang kerap diidentikan sebagai hari keramat oleh umat Hindu di Bali. Saat kajeng kliwon tiba, kekuatan negatif dari dalam diri maupun dari luar yang mudah muncul dan mengganggu keseimbangan alam.

Berikut serba-serbi terkait kajeng kliwon menurut umat Hindu di Bali seperti dirangkum detikBali:

Saat kajeng kliwon, Sang Hyang Siwa turun untuk menjaga keseimbangan dunia. Adanya upacara yadnya pada hari kajeng kliwon bertujuan untuk menyeimbangkan alam sekala maupun niskala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dilansir dari video Youtube Kemenag Kota Denpasar, yadnya saat rahina kajeng kliwon merupakan perwujudan bhakti dan sradha kepada Sang Hyang Siwa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah mengembalikan (somya) Sang Tiga Bhucari.

Jenis-jenis Kajeng Kliwon

Dilansir dari laman resmi Desa Sangeh Kabupaten Badung, Kajeng Kliwon dilaksanakan setiap 15 hari sekali dan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kajeng Kliwon Uwudan (kajeng kliwon setelah bulan purnama)

2. Kajeng Kliwon Enyitan (kajeng kliwon setelah bulan mati atau tilem)

3. Kajeng Kliwon Pamelastali (Watugunung Runtuh, yang datang setiap enam bulan sekali)

Sarana Kajeng Kliwon

Saat kajeng kliwon, umat Hindu di Bali biasanya menghaturkan banten segehan sebagai sarana penetralisir kekuatan negatif. Ada pula tipat dampulan sebagai lambang bahwa jiwa manusia sedang digodok oleh emosi.

Segehan berasal dari kata suguh atau suguhan. Persembahan berupa segehan ditujukan untuk para bhuta kala agar tidak mengganggu kehidupan manusia.

Segehan ditujukan untuk alam bawah atau bhuwana alit. Segehan yang dihaturkan pada saat kajeng kliwon adalah segehan cacah dan mancawarna. Segehan dihaturkan di beberapa tempat dan ditujukan kepada penghuni alam bawah yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan bhuta kala yang kasat mata.

Segehan juga dihaturkan di setiap sudut merajan atau sanggah, halaman rumah, serta di gerbang pintu masuk rumah.

Selain segehan, sarana yang khas saat kajeng kliwon adalah tipat dampulan atau ketupat berbentuk seperti kura-kura dan terbuat dari janur. Tipat dampulan ditujukan kepada alam atas atau bhuwana agung yaitu alam para dewa ataupun Ida Sang Hyang Widhi.

Tipatdampulan biasanya beralaskan canang ceper atau tamas yang dilengkapi dengan ulam telur matang, raka-raka, dan sebuah sampian plaus atau kepet-kepetan berisi plawa, porosan, uras sari, bunga, rampai dan boreh miyik. Setelah lengkap, tipat dampulan tersebut siap untuk dihaturkan.

Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Simak Video “Sambut Hari Raya Nyepi, Masyarakat Bali Gelar Pawai Ogoh-ogoh”
[Gambas:Video 20detik]

(iws/iws)

Scroll to Top