Makna Hari Purnama Bagi Umat Hindu



Bali

Umat Hindu memiliki banyak jenis hari raya, mulai dari yang diperingati setiap setahun sekali, enam bulan sekali, sebulan sekali, bahkan 15 hari sekali. Tujuan dan arti dari hari raya tersebut pun berbeda-beda. Hari Purnama sendiri dilaksanakan setiap 30 hari sekali saat bulan penuh atau disebut dengan (Sukla Paksa).

Momentum ini dirayakan dengan tujuan untuk memuja Ida Sang Hyang Wishi dalam manifestasinya sebagai dewa kecermelangan, yakni Sang Hyang Candra dan Sang Hyang Ketu memohon cahaya suci, kesempurnaan, berkah, dan karunia.

Berbicara soal Purnama, tidak akan terlepas dari hari raya yang datang 15 hari setelahnya, yakni hari Tilem. Kombinasi antara Purnama dan Tilem ini merupakan wujud penyucian terhadap Sang Hyang Rwa Bhineda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rwa Bhineda merupakan konsep dualisme dalam hal berlawanan untuk menciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta. Konsep ini serupa dengan istilah sekala-niskala dan Yin-Yang dalam bahasa China.

Berikut makna hari Purnama, tujuan perayaan, hingga purnama yang memiliki makna khusus, seperti dirangkum detikBali dari berbagai sumber.

Pada saat hari Purnama, umat Hindu melaksanakan persembahyangan sebagai bentuk yadnya atau permohonan kepada Sang Hyang Chandra untuk dapat melebur segala kotoran dosa (mala) yang dilakukan oleh manusia semasa hidupnya agar kembali bersih.

Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Chandra beryoga atau bersemedi saat hari Purnama, sehingga umat Hindu turut merayakannya melalui serangkaian persembahyangan untuk turut menyucikan diri secara lahir dan batin.

Tujuan Perayaan Purnama

Suci secara lahir dan batin artinya tidak hanya kebersihan dari hal-hal tampak yang perlu dijaga, melainkan jiwa, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang suci juga harus selalu diterapkan untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Simbolisasi dari pembersihan ini dilakukan dengan memercikkan air suci atau tirta sebelum melakukan persembahyangan.

Umat Hindu percaya dengan konsep karmaphala, di mana kelahirannya di dunia tidak terlepas dari pengaruh perbuatan di masa lalunya. Dengan terlahir kembali ke dunia, manusia memiliki misi untuk menebus dosa-dosa yang diperbuatnya. Dosa-dosa inilah yang disebut dengan kotoran atau mala yang harus dibersihkan secara lahir dan batin pada saat hari Purnama.

Jika keadaan suci lahir dan batin tersebut telah tercapai, maka secara otomatis dalam tubuh dan jiwanya akan timbul pemikiran, perkataan, dan perbuatan suci, sehingga kebahagiaan mutlak baik di dunia maupun akhirat pun akan tercapai. Hal ini dipercaya sebagai tujuan akhir dari kehidupan manusia yang disebut dengan Moksa.

Purnama dengan Makna Khusus

Di antara Purnama yang datang setiap sebulan sekali, terdapat beberapa jenis hari Purnama khusus saat dewa-dewa tertentu bersemayam. Sehingga permohonan dan persembahan yang dilakukan juga berbeda.

Purnama ini juga dikhususkan pada daerah atau kumpulan masyarakat tertentu yang memiliki piodalan bertepatan dengan hari-hari Purnama khusus. Berikut daftar Purnama khusus.

1. Purnama Sasih Kapat atau Sasih Kartika

Saat Purnama Kapat (keempat), Ida Sang Hyang Widhi bersemedi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Purusa Sangkara yang diiringi oleh para Dewa, Rsigana, Dewa Pitara, atau semua leluhur. Dalam melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Candra, beberapa hal yang harus dipersembahkan adalah penek jenar, prayascita luwih, pareresikan, daging ayam, dan segehan agung.

Untuk para pengiringnya dihaturkan sesayur widyadari di tempat tidur. Untuk para leluhur juga dihaturkan suci lengkap. Terakhir, untuk para bhuta dipersembahkan segehan agung satu soroh. Semuanya dihaturkan sebagai wujud yadnya untuk memohon keselamatan, umur panjang, dan kesucian.

2. Purnama Sasih Kawulu atau Sasih Phalguna

Purnama Sasih Kawulu (kedelapan) dipercaya para bhuta kala turun ke dunia untuk menggoda umat manusia. Sehingga, pada saat peringatan Purnama Kawulu, manusia memohon dan menyucikan pikiran sebagai upaya untuk menjaga ketenteraman dunia.

3. Purnama Kedasa atau Sasih Caitara

Biasanya saat Purnama Kadasa (kesepuluh), dilakukan piodalan Bhatara Turun Kabeh di pura terbesar di Bali, yakni Pura Besakih. Pemujaan dilakukan terhadap Sang Hyang Sunya Amerta pada Sad Kahyangan Wisesa.

4. Purnama Sasih Desta atau Sasih Jiyesta

Hari Raya Waisak dalam agama Buddha biasanya berada dekat dengan perayaan Purnama sasih Jiyesta (kesebelas). Purnama Jiyesta dirayakan untuk mengenang dan menghormati ajaran-ajaran Sang Buddha Siddartha Gautama.

5. Purnama Sasih Sadha atau Sasih Asadha

Sejarah perayaan khusus saat Purnama Kesadha (keduabelas) datang dari cerita umat Hindu di Pegunungan Tengger, Malang, Jawa Timur. Konon, Dewa Kusuma yang merupakan anak dari Roro Anteng dan Joko Seger rela mengorbankan dirinya untuk terjun ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk sesajen/persembahan demi memenuhi janji terhadap orang tua dan saudara-saudaranya.

Untuk menghormati pengorbanan tersebut, umat Hindu di sekitar pegunungan atau yang disebut dengan Suku Tengger sampai saat ini masih mempersembahkan sesajen ke kawah Gunung Bromo yang dikenal dengan upacara Kesodho.

Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Ratih Maheswari peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Simak Video “Sambut Hari Raya Nyepi, Masyarakat Bali Gelar Pawai Ogoh-ogoh”
[Gambas:Video 20detik]

(irb/irb)

Scroll to Top