REPUBLIKA.CO.ID, LEICESTER – Di saat Inggris tengah mempersiapkan upaya sakral pemakaman Ratu Elizabeth II, kekacauan antara Muslim dan Hindu di Kota Leicester, Inggris, pecah di akhir pekan ini. Polisi melakukan 15 penangkapan untuk mencegah kekacauan lebih lanjut.
Pecahnya kerusuhan ini mengikuti ketegangan yang dimulai setelah pertandingan kriket, antara Pakistan dan India pada akhir Agustus.
Media The Guardian melaporkan, slogan “Jai Shri Ram” atau “salam Tuhan Ram”, ungkapan yang biasa digunakan selama serangan terhadap Muslim di India, dinyanyikan di kota itu pada akhir pekan ini.
Rekaman video yang beredar pun menunjukkan orang-orang Hindu berbaris melewati Green Lane Road, sebuah area yang berisi beberapa bisnis milik Muslim. Sebuah candi Hindu terletak di dekatnya.
Dilansir di The New Arab, Selasa (20/9/2022), polisi menangkap dua orang setelah kerusuhan meletus pada aksi protes yang tidak direncanakan, Sabtu (17/9/2022) malam dan Ahad (18/9/2022) pagi.
Baik Muslim maupun Hindu di Leicester mengatakan mereka merasa menjadi sasaran, diejek dan diserang.
“Saya telah melihat cukup banyak hal di media sosial yang sangat, sangat, sangat menyimpang sekarang, dengan beberapa di antaranya benar-benar berbohong tentang apa yang telah terjadi di antara komunitas yang berbeda,” kata Walikota Leicester, Peter Soulsby.
Dia pun mengatakan tidak ada penyebab lokal yang jelas untuk pecahnya kekacauan ini, sama sekali. Dia bahkan menyoroti disinformasi yang terjadi di media sosial.
Lebih lanjut, dia mengatakan ada upaya untuk menarik orang ke Leicester dari tempat lain, untuk meningkatkan ketegangan di kota yang sangat damai.
“Di Leicester, ‘normal’ adalah hubungan yang sangat baik antara orang-orang beriman. Saya percaya, Leicester cukup tangguh untuk dapat segera kembali ke hubungan normal,” ucapnya.
Di sisi lain, pihak kepolisian Leicestershire mengunggah sebuah cicitan yang menyebut mereka mendapat laporan di media sosial, bahwa sebuah masjid sedang diserang pada Sabtu lalu. Namun, petugas di lapangan telah mengkonfirmasi bahwa ini tidak benar.
Hubungan antara umat Hindu dan Muslim di India telah memburuk selama masa jabatan Perdana Menteri Narendra Modi. Efek dari hal ini telah dirasakan di tempat lain.
Bharatiya Janata Party (BJP) pimpinan Modi adalah nasionalis Hindu, sebuah filosofi yang dikritik sebagai pengecualian terhadap Muslim dan kelompok minoritas lainnya.
Gurharpal Singh yang mengunjungi Universitas Leicester mengatakan, dia yakin ketegangan yang meningkat ini adalah bagian dari perubahan sosial yang lebih luas yang terjadi di dalam kota.
Dia pun menyoroti pergeseran demografis dan peningkatan kemiskinan yang diperparah Covid-19.
“Juga, seseorang mungkin tidak boleh mengesampingkan meningkatnya pengaruh politik tanah air, Anda tahu, mobilisasi diaspora oleh BJP,” kata Singh, yang juga seorang profesor emeritus studi Sikh dan Punjab di SOAS.
Sumber: alaraby