Bulan Ramadhan menjadi bulan yang mulia dan penuh berkah bagi para umat muslim. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan bulan ini, diperlukan panduan puasa Ramadhan yang lengkap.
Panduan puasa Ramadhan terdapat pada Al Quran dan hadist. Ada ketentuan terkait sebelum, selama, dan setelah bulan Ramadhan berlangsung. Berkaitan dengan hal tersebut, menarik membahasnya lebih lanjut. Berikut beberapa panduan puasa Ramadhan agar umat muslim mendapatkan berkah berkali lipat.
Panduan Puasa Ramadhan (Pexels)
Terdapat beberapa hal yang menjadi catatan dan tuntunan agar puasa Ramadhan dilaksanakan dengan benar. Beberapa diantaranya yakni larangan berpuasa mendahului Ramadhan. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak rincian ulasannya di bawah ini.
1. Tidak Boleh Puasa Sehari atau Dua Hari sebelum Ramadhan
Panduan puasa Ramadhan pertama yakni larangan berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan. Tujuan larangan ini adalah berjaga-jaga agar Ramadhan yang datang satu atau dua hari pada saat itu mereka tidak mengetahuinya karena bertepatan dengan hari Senin atau Kamis sehingga mereka berpuasa Senin-Kamis atau puasa Daud.
Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan Bukhari dan muslim yakni yang memiliki terjemahan sebagai berikut:
“Jangan kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari kecuali seseorang yang biasa berpuasa dengan suatu puasa tertentu maka (tetaplah) ia berpuasa.”
2. Jika Hilal Terlihat dari Satu Negeri, maka Seluruh Negeri Di Dunia Harus Berpuasa
Melansir dari dki.kemenag.go.id, jika suatu negeri melihat hilal maka seluruh dunia wajib berpuasa. Hal ini berdasarkan terjemahan surat Al Baqarah ayat 185 yakni sebagai berikut:
“Maka barang siapa dari kalian yang menyaksikan bulan, hendaknya ia berpuasa.”
Selain itu, ada pula dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan terjemahan sebagai berikut:
“Berpuasalah kalian karena melihatnya dan berbukalah kalian karena melihatnya dan apabila bulan tertutup atas kalian maka sempurnakanlah tiga puluh.” (H. R. Bukhari dan Muslim).
Pesan tersebut ditujukan kepada seluruh kaum muslim dimanapun mereka berada. Oleh karena itulah, jika orang lain telah melihat hilal maka orang lainnya juga sudah wajib berpuasa.
Panduan Puasa Ramadhan (Pexels)
3. Niat Puasa adalah Hal Wajib
Niat membedakan antara kebiasaan dan ibadah. Selain itu, niat juga membedakan ibadah satu dengan ibadah lainnya. Hal ini selaras dengan hadist Rasulullah SAW yang memiliki terjemahan sebagai berikut:
“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung pada niatnya dan setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab itu, seorang muslim harus memahami bahwa niat menjadi tolak ukur diterima maupun tidak amalannya. Niat puasa diucapkan dalam hati.
Berkaitan dengan puasa Ramadhan, niat wajib dilakukan pada sebelum waktu puasa. Artinya, niat dapat dilakukan setelah berbuka hingga sebelum subuh. Niat harus dilakukan setiap saat akan berpuasa. Ketentuan ini selaras dengan perkataan Ibnu Umar dan Hafsoh yang memiliki hukum marfu’. Berikut terjemahannya:
“Siapa yang tidak berniat puasa dari malam hari maka tidak ada puasa baginya.”
4. Boleh Mencicipi Masakan saat Berpuasa
Panduan puasa Ramadhan berikutnya adalah terkait pencicipan makanan. Seorang muslim diperbolehkan mencicipi masakan dengan ketentuan menjaganya jangan sampai masuk ke tenggorokan. Ia wajib mengeluarkannya jika sudah mencicipinya.
Hal ini selaras dengan perkataan Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma yang memiliki hukum marfu’. Terjemahannya yakni sebagai berikut:
“Tidak apa-apa bagi orang yang berpuasa mencicipi cuka atau sesuatu yang ia ingin beli sepanjang tidak masuk ke dalam tenggorokannya.”
5. Beberapa Hal Makruh bagi Orang Puasa
Panduan puasa Ramadhan berikutnya adalah terkait hal makruh yang dilakukan saat berpuasa. Hal makruh tersebut salah satunya adalah bekam dan donor darah karena mengeluarkan darah kotor dari kepala dan anggota tubuh lainnya. Hal ini akan membuat tubuh lemah. Hadist yang berkaitan dengan itu adalah:
“Telah berbuka orang yang berbekam dan orang yang membekamnya”
Panduan Puasa Ramadhan (Pexels)
6. Orang-Orang yang Boleh Tidak Berpuasa
Panduan puasa Ramadhan berikutnya adalah terkait orang-orang yang memperoleh keringanan untuk tidak berpuasa. Orang-orang yang mendapat keringanan tidak berpuasa adalah musafir, orang yang sakit, wanita haid atau nifas, laki-laki maupun perempuan yang tua dan tidak mampu berpuasa, wanita hamil dan menyusui.
7. Perbanyak Ibadah dan Bersungguh-Sungguh
Panduan Puasa Ramadhan berikutnya adalah perintah untuk beribadah lebih banyak dan bersungguh-sungguh. Pasalnya Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda sesuai degan firman-Nya hadist Qudsi dengan terjemahan sebagai berikut:
“Setiap kebaikan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya kepada orang-orang yang telah menahan syahwat, makan, dan minum karena -Ku.”
Demikian penjelasan terkait panduan puasa Ramadhan berupa ketentuan halal dan haram, tindakan yang makruh, orang yang mendapat keringanan untuk boleh tidak berpuasa, melihat hilal, dan niat.