Ajaran Catur Warna dalam Hindu Pengertian Fungsi dan Bagianbagiannya



Bali

Catur Warna merupakan salah satu konsep dalam ajaran Hindu. Nilai-nilai ajaran Catur Warna kerap dimaknai secara keliru menjadi wangsa atau klan dan kasta atau kelas sosial. Hal itu menyebabkan munculnya pandangan negatif terhadap ajaran Catur Warna ini.

Lantas, bagaimana sesungguhnya pengertian Catur Warna?

Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta, yakni catur yang berarti empat dan warna berasal dari urat kata wr yang artinya pilihan. Jadi, Catur Warna adalah empat pilihan hidup berdasarkan bakat (guna) dan profesi (karma) seseorang. Catur Warna terdiri dari Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Adanya Catur Warna bukan semata-mata untuk membedakan derajat atau status sosial masyarakat. Pembagian Catur Warna yang berdasarkan akan guna dan karma setiap individu itu juga bukan berdasarkan keturunan atau kekayaannya.

Pada intinya, Catur Warna merupakan cara untuk mempermudah pembagian tugas atau kerja masing-masing golongan. Keempat golongan ini memiliki keterkaitan satu sama lain dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Sudarsini dalam Pangkaja Jurnal Agama Hindu Volume 21, No 1 (2018) menjelaskan ajaran Catur Warna menegaskan setiap orang berhak meningkatkan harkat dan martabatnya untuk menjadi lebih unggul dari yang lainnya. Artinya, masing-masing warna berkesempatan mengembangkan kebaikan demi cita-cita luhur.

Kitab Rg Weda menyebutkan: “Manusia berpengetahuan (Brahmana) ibarat mulut-Nya, orang berkuasa ibarat tangan-Nya (Ksatria), pinggangnya ibarat seorang pedagang (Waisya), dan kaki-Nya ibarat manusia pekerja (Sudra).”

Dilansir dari berbagai sumber, berikut penjelasan singkat terkait bagian-bagian dari Catur Warna:

1. Brahmana Warna

Brahmana Warna adalah kaum pendeta, agamawan, atau rohaniawan. Mereka yang tergolong Brahmana memiliki kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, baik berupa pengetahuan suci maupun pengetahuan ilmiah.

Menurut pengertian ini, status Brahmana diperoleh dari menekuni dan mendalami ajaran-ajaran agama. Seorang Brahmana memiliki kewajiban untuk menyejahterakan masyarakat dengan amalan pengetahuan yang dimilikinya, menjadi manggala (orang yang dituakan), atau menjadi pemimpin upacara keagamaan.

2. Ksatria Warna

Ksatria merupakan golongan kaum bangsawan yang menekuni ilmu pemerintahan atau seorang tokoh masyarakat. Dahulu, ksatria merujuk pada seorang raja atau para kaum bangsawan.

Saat ini, ksatria merujuk pada profesi seorang yang mengabdi pada penegakan hukum, kebenaran, serta pemimpin dan tokoh masyarakat. Seorang Ksatria memiliki kewajiban untuk menegakkan kebenaran, bertanggung jawab, menjadi pelopor, penyelamat, menegakkan keadilan. Mereka pada dasarnya juga melindungi golongan Brahmana, Waisya, dan Sudra.

3. Waisya Warna

Waisya merupakan kelompok yang memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi dan bisnis. Mereka memiliki tujuan untuk tercapainya kemakmuran masyarakat melalui proses distribusi dan redistribusi pendapatan dan penghasilan.

Para Waisya memiliki sifat tekun, terampil, hemat, dan cermat. Mereka identik dengan golongan pedagang, nelayan, dan profesi lainnya yang berhubungan dengan perniagaan.

Seorang Waisya memiliki kewajiban untuk memenuhi kebuthan pokok, baik sandang, pangan, maupun papan dari semua golongan. Kaum Waisya bersama dengan Brahmana dan Ksatria merupakan Tri Wangsa, yaitu tiga kelompok golongan yang menjadi pilar penciptaan kemakmuran masyarakat.

4. Sudra Warna

Sudra ialah kelompok golongan yang memiliki ketaatan, kepolosan, serta ketekunan, dan lebih mengandalkan kekuatan jasmaninya. Golongan sudra merupakan para abdi yang membantu golongan Brahmana, Ksatria, dan Waisya.

Tugas seorang Sudra berkaitan langsung dengan kesejahteraan negara dan umat manusia berdasarkan petunjuk-petunjuk dari golongan di atasnya. Golongan Sudra biasanya berprofesi sebagai buruh, tukang, pekerja kasar, petani, nelayan, penjaga, dan sebagainya.

Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Simak Video “Sambut Hari Raya Nyepi, Masyarakat Bali Gelar Pawai Ogoh-ogoh”
[Gambas:Video 20detik]

(iws/irb)

Scroll to Top