Jakarta, NU Online
“Marhaban ya Ramadhan”. Kalimat tersebut jamak didengar menjelang datangnya bulan penuh ampunan, bulan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Menyambut kedatangan Ramadhan, umat Islam di berbagai dunia tengah berbahagia mempersiapkan kedatangan nya, tak terkecuali di Korea Selatan.
Tak sama dengan puasa di Indonesia, atmosfer serta budaya Muslim Korea Selatan berpuasa ternyata memiliki sejumlah perbedaan. Hal ini disampaikan Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Korea Selatan, Adi Lathif Mashudi.
Pria yang karib disapa Adi itu menuturkan bahwa Ramadhan tahun ini bertepatan dengan musim semi di Korea Selatan. Pengalaman puasa kali ini, kata dia, bakal berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Alhamdulillah lumayan sejuk dari tahun-tahun sebelumnya,” ujar Adi kepada NU Online, Kamis (16/3/2023).
Adi menjelaskan, panjang waktu puasa di Korea Selatan pada musim semi hanya di kisaran 11-11,5 jam. “Karena di puncak musim dingin, Shubuh ada di jam 6:15, dan Magrib jam 5:10 zona waktu kota Gyeongju, Korea selatan,” tutur pria yang berkarier di perusahaan die casting di Negeri Gingseng itu.
Sementara itu, panjang puasa di musim gugur relatif sama sama musim semi yaitu kisaran angka 11,5-12,5 jam. Puncaknya ada di musim panas. Durasi puasa di musim panas bisa jauh berbeda dengan musim-musim lainnya.
“Nah, yang jadi ujian memang ketika puasa di puncak musim panas. Karena puasa bisa 15-17 jam. Puncak musim panas itu Shubuh bisa jam 3:15 dan Magrib jam 7:58. Terkadang sampai menjadi dilema untuk yang kerja shift malam. Masuk jam 8, sedangkan Maghrib jam 7:50-an,” kata dia.
Meski berbeda soal durasi puasa, Adi menuturkan bahwa Muslim di Korea Selatan memiliki budaya puasa yang mirip dengan Indonesia, yakni soal penyediaan buka puasa bersama. Adi menyebut, banyak paguyuban dan komunitas Muslim Korea Selatan menyediakan menu berbuka gratis dan menyelenggarakan buka puasa bersama.
“Selalu ada acara bukber terutama weekend (akhir pekan). Dan seringkali para organisasi dan komunitas membagi-bagikan takjil ke wilayah yang dirasa banyak Muslim lewat. Ansor-Banser Satkoryon Gimhae, Korea Selatan adalah salah satu yang paling rajin berkegiatan ini,” ungkap Adi.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin